Jadi Ketua RT itu ribet juga saat harus menghadapi 2 orang warganya yang sedang berselisih, berantem!. Mereka adalah warga yang rumahnya bersebelahan, sebut saja si Amir adalah warga lama pensiunan pejabat pegawai negeri dan satunya si Udin warga baru pegawai negeri menengah yang masih aktif. Masing-masing masih dengan egonya yang tinggi. Warga lama walaupun sudah pensiun tapi ‘merasa’ senior dan ‘mantan’ pejabat jadi merasa lebih berkuasa dengan ‘wilayahnya’. Sedangkan warga baru walaupun bukan mantan pejabat tapi ‘merasa’ lebih punya power karena masih aktif di pemerintahan walaupun bukan pejabat tinggi tapi lumayanlah punya jabatan di pemerintahan daerah.
Pengen tahu perselisihan yang terjadi diantara mereka berdua? Kebetulan rumah si Amir dan si udin bersebelahan pagar, jenis rumah kopel. Walaupun rumah kopel tapi punya halaman yang luas di belakang, depan serta di salah satu sisinya, hanya sisi satunya lagi yang dinding pagar mereka jadi satu. Si Amir warga lama pelihara seekor burung beo dan si Udin warga baru pelihara anjing. Gara-gara burung beo kerjanya ngoceh melulu, berisik, jadi anjing milik si Udin warga baru jadi stress, gak bisa istirahat. Si Tuan jadi ikutan kesel, stress juga, gak bisa tidur karena anjingnya melolong dan kaing-kaing melulu. Ujung-ujungnya antara tuan dan tuan jadi berantem, saling menyalahkan satu sama lain. Akhirnya antara tuan dan tuan pergi mengadu kepada pak RT, padahal kasus seperti itu bisa diselesaikan cukup antar dua tetangga saja, tapi mungkin memang sudah saling sentimen sejak dari awal, jadi pak RT wajib menengahi warganya. Pak RT sudah menasehati mereka agar berdamai, rukun, saling silaturahmi antar tetangga, jangan saling cuek-cuekan tapi mereka tidak mau, padahal kan ada pepatah. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG.
Pak RT akhirnya membuat perjanjian dengan mereka berdua amir dan udin, apapun yang diputuskan oleh pak RT, mereka berdua harus sanggup mentaatinya dan syukur alhamdulillah mereka berdua setuju-setuju aja.
Solusinya kata pak RT: pasti kita semua ingin hidup bebas, tidak ada satupun orang yang senang di kerangkeng, dikurung seperti hewan, kita pasti senang bisa bergerak kesana-kemari, sesuka hati, bisa beraktualisasi diri, begitu juga hewan. Karena itu solusinya adalah: anjing dan burung beo harus di lepas liarkan, biarkan mereka hidup sesuai dengan kodratnya. Dan…kedua tetangga terpaksa setuju (karena sudah janji kan?), namun wajah Amir dan Udin tampak asem kayak orang sembelit. Pak RT yang hebat!.
Jadi mikir nih, sesungguhnya problem perselisihan itu karena antar tetangga saling tidak peduli, individualistis, elo-elo, gue-gue. Khas jaman sekarang. Beda dengan jaman dahulu dimana antar warga sekomplek sering sekali ‘ berbagi’ walaupun tampak sederhana, misalkan saat tetangga depan rumah baru datang kembali dari luar kota maka dia akan mengantarkan sepiring kecil makanan ringan (oleh-oleh) yang ditutup kain serbet. Dan tetangga yang menerimanya akan mengembalikan piring itu dalam kondisi tidak kosong, diisi juga makanan yang ada dirumah, bisa pisang, pepaya, tempe-tahu , atau apa saja, yang penting piring tidak kembali dalam kondisi kosong melompong. Itu jaman dulu lho, masih jamannya saling rukun, jaman belum ada HP.
Hebatnya (emang hebat gitu??)Kalau jaman sekarang di komplek daerah elit antar tetangga tidak pernah saling berantem, wong mereka tidak saling kenal satu sama lain karena pagar rumahnya tingi-tinggi kayak penjara. Mungkin kalau tetangganya meninggal juga tidak tahu, kecuali ada bendera kuning. Itu juga gak tau kali siapa namanya yang meninggal karena selama hidup belum pernah bertemu.