Tar mulai heran sudah berulang kali ia berteriak memanggil para sahabatnya tetapi tak ada yang menyahut, sampai parau suaranya. Tar mulai curiga jangan-jangan telah terjadi sesuatu terhadap para sahabatnya. Naluri kepramukaannya untuk menelusuri kemana gerangan perginya para sahabat, timbul. Penyelidikan dengan menggunakan kaca pembesar dimulai!
Di salah satu sudut hutan, dibawah kerimbunan pepohonan mahoni, tampak serumpun tanaman perdu rusak berantakan bagaikan habis terinjak-injak oleh segerombolan manusia. Ranting-ranting pohon banyak yang patah, lokasi itu benar-benar acak-acakkan, sepertinya disitu baru saja terjadi pergulatan. Tar yakin pergulatan itu terjadi antara ketiga sahabatnya Sharmila, Olivia dan Miranda dengan segerombolan manusia bar-bar tak beradab. Mereka telah diculik! Semoga mereka tidak disiksa! Tar sangat sedih, hatinya gundah gulana, ternyata apa yang ia takuti selama ini terjadi juga. Pikirannya merekonstruksi peristiwa yang baru saja dialami ketiga sahabatnya. Hati Tar teriris-iris, dia marah, benci, sakit hati, gondok! Dia berteriak dan mengamuk sejadinya, hah, hah, hah, haaaaaaaaaaaahhhhhhh………….haaaaaaaaaaaahhhhhhhh, mengacak-acak dan merusak apa saja yang dapat diraihnya. Hanya ada satu cara yang dia ketahui untuk menyelesaikan masalah, hukum rimba, dengan kekuatan fisik semua dapat diselesaikan, yang kuat yang menang! Kebetulan postur tubuh Tar yang tinggi besar dan sabuk hitam yang dia miliki sudah sering kali menjadikan dia sebagai jawara di lingkungannya. Hah, hah, haaaaaaaaaaahhhhh……………Tar terus berteriak sampai sakit kepala. Seluruh energi sudah dikeluarkan, ternyata hanya rasa lelah yang ia dapatkan. Permasalahan bukannya selesai malahan bertambah amburadul. Kemarin akibat peristiwa penculikan itu hanya dirinyalah yang merasa gelisah tetapi kini setelah hukum rimba ia tegakkan para tetangga menjadi terganggu, ikut gelisah. Kegelisahan satu orang telah menyebar kemana-mana, kayak covid-19 delta aja, cepat menyebar dan berkembang biak!
Tar bersandar dibatang pohon mahoni kelelahan, menyerah kepada keadaan, tak tahu lagi apa yang harus diperbuat, dia tercenung. Cape…,deh! Ketika tercenung itulah dia mendengar bunyi-bunyian dari dasar hatinya. Dia terkejut ketakutan, suara apa tuch! Seumur-umur dia tak pernah kenal suara itu, tapi entah mengapa meskipun ketakutan dia tergoda untuk mendengarkannya lebih jauh. Jauh kedalam diri semakin melarutkan diri ke dalamnya, ternyata yang terdengar adalah suara yang merdu, sebuah lagu cinta. Lambat-laun Tar mulai menyadari ternyata sebenarnya suara itu adalah suara yang selalu menemani dia ketika kanak-kanak, suara yang selalu memberikan petunjuk ketika dia tertimpa masalah, suara yang selalu menuntunnya disetiap langkah kemanapun dia pergi, suara itu selalu benar adanya.
Sekarang dia tahu bagaimana menghadapi kasus penculikan itu, berusaha semaksimal mungkin, menyerahkan hasil akhirnya kepada Sang Maha Agung, pemelihara segenap alam semesta, hanya kepada Dialah aku berlindung, hanya Dialah yang mampu menyelesaikan segalanya. Tar tercerahkan! Wajahnya mendadak jadi bling-bling!! Dia jatuh tertidur zzzzz……zzzzzz…….asyik banget!!!!!!
“Koran…koran….koran….., korannya pak!”.
“Bang, koran bang, ada koran Suara Hati, gak!”
“Nggak ada pak, sudah nggak terbit lagi!”
“Kenapa?”
“Ya….nggak laku lah youww, haree genee!”
“Sekarang yang ada koran apa?”
“Koran Suara Siapa!”
“Ya sudah, saya beli satu”
“Ini pak korannya, 15.000 perak!”
Sepeninggal para sahabatnya praktis Tar sering sendirian, bengong nggak punya kerjaan. Sudah delapan minggu kerja dia cuma baca koran, lama-lama bosan juga karena beritanya begitu-begitu aja! Artis A selingkuh dengan pejabat B, artis C bercerai, kakek memperkosa anak gadis dibawah umur, atap ruang kelas SD ambruk, harga sembako naik, hutang negara bertambah, para wakil rakyat minta tambahan fasilitas, para calon pemimpin obral janji, paling-paling yang menarik hanya iklan lowongan kerja.
Tar sekarang semakin nggak punya kerjaan, baca koran malah bikin bete, isinya standar-standar aja, nggak ada perubahan, nonton TV samimawon, beritanya kalau bukan tentang kekerasan, perselingkuhan, ya cerita hantu, pocong dkk. Yang paling enak ternyata memejamkan mata, mendengarkan suara merdu dari dasar hati, nikmaaaaaatttt sekali! Wis, jan enak tenan!
Dikeheningan pagi Tar memejamkan mata, ia mulai merasakan alam yang semakin bersahabat, atau tepatnya Tar mulai bersahabat dengan alam. Dia mulai mensyukuri hidupnya, mesyukuri indahnya alam semesta, melihat pohon tidak sekedar pohon, seolah-olah semua berjiwa sehingga Tar makin mencintai pohon itu, begitu juga ketika ia melihat hewan, batu, sungai, gunung dan langit. Tar makin mencintai apa yang ada disekelilingnya, seluruh alam semesta kini adalah sahabatnya, dia tidak kesepian lagi, dia berdenyut bersama alam!
Tar makin jarang membeli koran, koran kemarin mau dibuang ke hutan nanti malah mencemari hutan (biarpun Tar tak berpendidikan tinggi tapi dia sadar lingkungan, lho!). Ia jadi teringat akan kursus yang pernah diikutinya di kursuskriya.com ‘mendaur ulang kertas bekas‘. Tar punya ide, daripada koran bekas yang sudah lebih dari 2 kg itu bertumpuk menjadi sampah tak berguna, lebih baik didaur ulang saja. Selain bisa membantu melestarikan hutan, alih-alih bisa menambah uang saku (bukan buat beli quota, lho?). Ide bagus itu ia sosialisasikan kepada para tetangganya. Jadilah desa yang tadinya tak nampak adanya tanda-tanda kehidupan kini marak kembali, semua warganya sibuk mendaur ulang sampah! Keadaan desa yang dulu jorok penuh sampah kini menjadi bersih, rapi nan asri dan perekonomian desa yang selama ini berada dibawah garis kemiskinan, terangkat sudah!
Berkat Tar, desa dimana Tar tinggal telah berubah, masyarakat berkembang makmur. Warganya sudah gak sudi lagi mencari peruntungan jadi TKW, yang seringkali buntung daripada untung! Tar saat ini jadi ngetop bak selebriti, dia dielu-elukan oleh masyarakat sekitar karena dianggap telah berjasa meningkatkan ekonomi rakyat. Mulailah banyak yang mencalonkan Tar menjadi wakil rakyat, menteri, duta anu, ketua asosiasi anu, tapi Tar sih, cuek aja, gak ke GR-an! Dia sudah happy dengan keadaannya sekarang, dia tidak butuh segala puja-puji, yang dia butuhkan adalah kebersamaan dengan Sang Pencipta, yang dia lakukan kini hanya memuja Sang Pencipta.
Sudah tiga bulan para sahabat Tar, si Sharmila, Olivia dan Miranda hilang tak berbekas, entah angin surga dari mana yang membuat Tar berinisiatif membeli koran lagi. Iseng-iseng dia bolak-balik halaman demi halaman. Tiba-tiba pada halaman ke 11, matanya tertumbuk pada sebuah foto yang memuat 3 sosok yang amat ia akrabi, foto para sahabatnya yang hilang diculik. Dibawah foto itu tertera berita singkat:
‘3 ekor orang hutan berhasil diselamatkan dari upaya penyelundupan, mereka tampak ketakutan. Kini mereka sementara waktu berada dipusat penangkaran Kebon binatang Ragunan sebagai upaya rehabilitasi sebelum akhirnya dikembalikan ke habitatnya’.
Membaca berita itu, Tar menangis terharu, langsung ia sujud syukur kepada Sang Khalik. Ternyata rasa cintanya selama ini kepadaNYA membuahkan hasil. Thanks God!
Begitulah Tarsan, dia berbeda dari orang kota, ketika didera masalah, dia tidak pernah melupakanNYA, dia tidak mencari pelarian dengan dugem, ajeb…ajeb….Lain hal dengan orang kota yang pikirannya sudah penuh polusi, tidak pernah sadar kalau dirinya bermasalah, malah mencari pembenaran terhadap tindakannya, cuap-cuap kiri, cuap-cuap kanan menyebarkan virus ketidaksadaran………………………………apa iya ya?
Inilah hasil karya tarzan saat menanti berita keberadaan sahabatnya yang hilang, Tar berhasil mengumpulkan koran bekas dan mendaur ulang menjadi kerajinan unik. Ada agenda, vas bunga, pigura foto. Cakep kan?